Selasa, 01 November 2011

Raja dan Perdana Menterinya

Di sebuah kepulauan tropis yang hangat hiduplah seorang Raja yang dibantu oleh seorang Perdana Menteri yang sangat optimis. Perdana Menteri ini juga sangat positif sehingga seringkali sang Raja merasa jengkel karena selalu saja dia mampu menemukan sisi positif dari setiap keadaan.

Pada suatu hari, Raja dan Perdana Menteri sedang melakukan perjalanan melewati hutan lebat. Di tengah perjalanan sang Raja beristirahat sambil membelah buah kelapa sebagai pelepas dahaga. Ketika sedang enak-enakan memakan buah kelapa tanpa sengaja sang Raja menggigit batok kelapa yang keras itu sehingga giginya terlepas. Ia menjerit kesakitan lalu menyampaikan kesialannya pada Perdana Menteri. Mendengar keluhan sang Raja, Perdana Menteri ini malah tersenyum sambil berteriak, “ Wow, itu bagus…!”
“Ha! Kenapa kamu berkata seperti itu?” Tanya sang Raja keheranan. “Ya, karena itu adalah pertanda keberuntungan untuk Baginda.”
Mendengar jawaban ini sang Raja menjadi sangat marah. Bagaimana mungkin seorang Perdana Menteri malah menganggap lucu penderitaan seorang Rajanya?
“Baginda, mohon dengarkan saya,” desak Perdana Menteri, “di balik setiap kejadian yang tidak mengenakkan selalu terdapat sisi baik yang tidak kita lihat.”
“Cukup! Ini sudah keterlaluan!” Kini sang Raja menjadi murka. Ia lalu menangkap dang mengikat Perdana Menteri. Kemudian dimasukkan ke dalam sumur kering. Sang Raja akan menjemputnya nanti sepulang dari perjalananya.
Sang Raja melanjutkan perjalanan. Setelah berjalan cukup jauh sang Raja dihadang oleh sekelompok suku liar yang sedang mencari orang untuk dikurbankan pada dewa Gunung Api. Begitu suku liar ini mengetahui bahwa yang ditangkap adalah seorang Raja, mereka sangat senang dan membawanya ke Pendeta pemimpin upacara. Lalu, suku liar ini mempersiapkan sesajian dan merias Raja ini dengan pakaian kurban yang indah.
Ketika hendak dikurbankan dan algojo siap memenggal leher sang Raja, sang Pendeta berteriak menghentikan semuanya. Ia melihat ternyata ada satu gigi sang Raja yang telah tanggal. “Kami tidak bias menggunakan engkau sebagai kurban, karena Dewa Gunung Api hanya berkenan menerima kurban yang tubuhnya lengkap. Kamu boleh pergi sekarang!”
Sang Raja merasa sangat bersyukur. Ia pun lari cepat – cepat meninggalkan suku liar itu. Tiba –tiba ia teringat apa yang dikatakan oleh Perdana Menterinya, bahwa memang benar – benar ada sisi keberuntungan dari sesuatu yang dianggapnya sebagai kesialan.
Bergegas sang Raja pulang. Di perjalanan pulang ia menjenguk Perdana Menterinya yang masih tertinggal dalam sumur kering. Ketika melongok ke dalam sumur, sang Raja melihat Perdana Menterinya masih terikat rapat dan sedang tersenyum gembira. “Wow…! Perdana Menteri ini benar – benar seorang yang berpikiran positif..!” Sang Raja menolong Perdana Menteri itu keluar dari sumur dan meminta maaf dari segala apa yang dilakukan padanya.
“Aku minta maaf telah melemparmu ke dalam sana!” kata sang Raja sambil memegang bahu Perdana Menterinya. Kemudian sang Raja menceritakan apa yang dialaminya. “Aku ditangkap oleh suku liar disana yang bermaksud mengurbankanku pada Dewa Gunung Apu. Tapi mereka melihat ada sebuah gigiku yang lepas lalu mereka melepasku. Bukankah ini suatu keajaiban! Sewaktu kau mengatakan hal itu, aku sangat tidak percaya. Malah membuangmu ke dalam sumur iru! Maukah kau memaafkanku?”
“Ah, Baginda tak perlu meminta maaf,” jawab Perdana Menteri itu sambil tersenyum. “Bukankah itu juga adalah sebuah keberuntungan dan berkah bagi hamba karena Baginda telah melempar hamba ke dalam sumur!”
”Ha..? Sekarang berkah apa yang isa kau tarik dari kejadianmu itu?” tanya sang raja terheran – heran.
“Begini Baginda,” jawab Perdana Menteri. “Seandainya saja hamba tadi pergi bersama Baginda, maka suku liar itu akan menggunakan hamba sebagai kurban untuk Dewa Gunung  Api..!”

Sumber : MENGASAH HATI,. 44 Mutiara Hidup yang Akan Membuat Hati Anda Sebening Kaca

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...