Kasus 10 – Qiu Niang
Liu Xue Hua sebagai Qiu Niang
Cerita:
Seorang wanita bernama Qiu Niang menghadang Bao di jalan memohon bantuannya. wanita itu kemudian pingsan karena kelaparan. Bao memerintahkan pengawalnya membawa Qiu Niang kembali ke Kaifeng. Setelah sadar, Qiu Niang menceritakan kisahnya pada Bao:
Qiu Niang adalah istri seorang tukang daging. Mereka tinggal serumah dengan ibu suaminya yang sering menyiksa menantunya itu. Si tukang daging juga adalah seorang pria pencemburu dan pemarah yang kadang juga suka menyiksa istrinya. Perlakuan ini terjadi karena perbedaan umur yang cukup jauh antara Qiu Niang dan suaminya; suaminya sudah berumur 40-an, sementara Qiu Niang baru berusia di awal 20.
Mereka memiliki tetangga dekat yang rumahnya terletak di sebelah rumah mereka. Penghuninya seorang tabib bernama Zhang; yang tinggal hanya berdua bersama seorang pelayan tua yang buta di rumah besar tabib itu. Si tabib memiliki seorang sepupu jauh bernama Zhang San yang selalu mencari-cari cara untuk mendapatkan uang si tabib.
Suatu hari Zhang San kebetulan melihat Qiu Niang di pasar dan timbul keinginannya untuk memiliki wanita itu. Zhang San menyewa orang untuk memancing Qiu Niang keluar malam selanjutnya. Sehari sebelumnya suami Qiu Niang sakit flu dan saat dia mendengar kabar bahwa suaminya itu pingsan dalam perjalanan pulang, Qiu Niang segera menemuinya. Ternyata semua itu adalah akal bulus Zhang San. Zhang San memancing Qiu Niang ke hutan bambu dan berusaha memperkosanya. Qiu Niang lari dan loncat dari tebing. Zhang San yang mengira wanita itu sudah mati segera melarikan diri.
Suami Qiu Niang yang diberi tahu ibunya bahwa istrinya pergi mencarinya segera menyusulnya di tengah hujan deras karena menyadari bahwa istrinya itu telah ditipu. Si suami menemukan Qiu Niang dalam keadaan tidak sadar dan membawanya pulang. Selanjutnya, Qiu Niang menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Yang mengecewakan, suaminya tidak percaya bahwa Qiu Niang tidak bersalah. Laki-laki itu justru ingin membunuhnya namun tidak mampu. Lalu dia pingsan karena demam tinggi.
Qiu Niang lari ke halaman belakang dan memanggil bantuan si tabib muda. Tabib itu bangun dan datang memeriksa si suami. Selanjutnya, si tabib menjumpai pasiennya itu tiap hari dan mulai jatuh cinta pada Qiu Niang. Si tabib masih berlaku sopan namun si suami merasa cemburu melihat Qiu Niang bicara dengan si tabib. Ibu mertuanya juga merasa tidak senang.
Suatu hari, Qiu Niang merebus obat untuk suaminya dan sesaat meninggalkan pancinya untuk merawat sang suami. Pelayan Zhang San datang dan meracuni obat yang sedang direbus itu. Dia kemudian melemparkan kertas pembungkus racunnya. Pelayan buta si tabib sedang menyapu halaman di dekat situ saat mendengar suara langkah kaki dan umpatan (pelayan Zhang San menyentuh panci yang panas itu dan tanpa sadar berteriak). Si pelayan buta mengira itu Qiu Niang, jadi dia menyapanya namun tidak ada jawaban balik.
Selanjutnya, Qiu Niang datang dan menuang obatnya ke mangkok. Si pelayan buta menyapanya lagi, dan Qiu Niang membalas sapaan itu dengan wajah penuh senyum dan mengatakan padanya bahwa suaminya sekarang sudah sehat.
Sang suami meminum obatnya dan tiba-tiba darah menyembur dari hidung dan mulutnya hingga tewas. Ibu mertuanya langsung menuduh Qui Niang berselingkuh dengan si tabib dan meracuni suaminya sendiri. Si ibu mertua membawa Qiu Niang ke pengadilan. Di sisi lain, Zhang San menyuap petugas agar melepaskan Qiu Niang dan menimpakan semua kesalahan itu pada si tabib. Si pejabat memutuskan tanggal untuk mengeksekusi tabib itu.
Si pejabat menyiksa sang tabib agar mengaku hingga kakinya patah. Pejabat itu juga akan menyiksa Qiu Niang tapi si tabib yang tidak ingin wanita itu terluka, mengakui semua kejahatan yang tidak dilakukannya. Qiu Niang dibebaskan dan kembali ke rumah, tapi ibu mertuanya tidak mau menerimanya. Karena itu Qiu Niang memutuskan untuk pergi ke Kaifeng untuk meminta keadilan pada Hakim Bao.
Setelah mendengarkan penuturan Qiu Niang, Bao mengirim Zhan Zhao untuk diam-diam memeriksa kasus ini untuk memastikan kebenaran cerita Qiu Niang. Zhan Zhao sengaja berkelahi dengan preman setempat dan ditangkap. Zhan Zhao dipenjara di sel yang berada di sebelah si tabib dan bercakap-cakap dengannya. Zhan Zhao menemukan bahwa si tabib adalah orang yang baik dan tidak bersalah.
Teman-teman Zhan Zhao menyuap si pejabat agar mengeluarkannya dari penjara. Pada hari eksekusi dilaksanakan, si tabib dibawa ke atas panggung. Bao datang dan memerintahkan agar eksekusinya dihentikan. Bao membuka kembali kasus itu dan memerintahkan pengawalnya menjemput Zhang San. Zhan Zhao juga menemukan kertas pembungkus racunnya di halaman belakang rumah Qiu Niang. Di kertas itu tertera nama tokonya.
Zhang San yang mendengar kabar itu merasa ketakutan. Dia berusaha kabur tapi ditangkap oleh Zhan Zhao. Zhang San dibawa ke pengadilan dan di sana dia berusaha mengalihkan kesalahan pada kedua pelayannya, yang sebaliknya malah menunjuknya sebagai dalang dibalik rencana keji ini. Seorang pegawai dari toko obat menjadi saksi kunci kasus ini.
Kasus 11 – Eksekusi Sang Pangeran
Cerita:
Seorang saudara kaisar (bergelar pangeran), keponakan dari Pangeran ke-8, melihat seorang wanita cantik di jalan dan memerintahkan prajuritnya menculik wanita itu. Selanjutnya, dia memerintahkan pasukannya membantai seluruh keluarga suami wanita itu.
Bao sedang melakukan perjalanan ketika tiba-tiba tandunya bergetar. Karena merasakan pertanda buruk, Bao memerintahkan untuk berhenti. Bao menyuruh pengawalnya menyelidiki daerah sekitar dan menemukan sekelompok pasukan yang mencurigakan beserta keranjang bambu berukuran besar berisi sayuran. Ternyata keranjang itu menyembunyikan seorang pria yang terluka parah. Karena itu Bao memerintahkan agar kepala pasukan itu ditangkap. Sementara itu, pria yang mereka temukan masih belum sadar.
Si kepala pasukan mengaku kalau dia diperintahkan oleh jenderalnya untuk menangkap dan menyiksanya agar memberitahu keberadaan seorang gadis pelayan dan seorang bocah laki-laki. Zhan Zhao dkk mengundang sang jenderal ke pengadilan, namun sang jenderal dangan licik berhasil kabur dari mereka. Bao memerintahkan penangkapan atas jenderal itu, dan pada saat bersamaan, mencari gadis pelayan dan bocah itu.
Sementara itu, si bocah bersama dengan gadis pelayan yang berpakaian seperti laki-laki. Bocah itu adalah satu-satunya saksi atas pembantaian seluruh anggota keluarganya dan karena trauma menjadi ketakutan bila melihat orang yang berpakaian prajurit. Tanpa menyadari bahwa Zhan Zhao berasal dari pengadilan Kaifeng, mereka berdua berusaha menghindari siapapun yang memakai seragam.
Di saat bersamaan, sang jenderal hampir terbunuh oleh pasukan yang dikirim oleh sang Pangeran. Si jenderal kabur dan secara kebetulan bertemu si bocah di penginapan. Si jendral ingin memanfaatkan si bocah untuk melindungi dirinya sendiri. Zhan Zhao dkk akhirnya menemukan si gadis pelayan dan membawanya menemui Bao. Sayang, si bocah menghilang dari penginapan.
Selanjutnya, Bao menerima surat dari si jendral yang berusaha melakukan tawar menawar untuk keselamatannya sendiri. Bao mengirim Zhan Zhao menemui si jendral tapi hanya mampu menyelamatkan si bocah karena Sang Pangeran kembali mengirim orang untuk membunuh sang Jendral. Sang Jenderal mati demi melindungi si bocah.
Karena bocah itu terlalu ketakutan bila melihat orang-orang berseragam, Bao harus menanyainya secara pribadi. Di saat yang sama, Bao berusaha menyembuhkan rasa takut bocah itu terhadap prajurit. Bao memulai penyelidikan dan menemukan bahwa sang Pangeran mungkin terlibat dalam masalah ini. Untuk melindungi dirinya, Sang Pangeran memerintahkan pengawal setianya untuk menjadi kambing hitam dan mengakui semua tuntutan. Bao tidak percaya kalau sang pengawal bisa menjadi dalang di balik semua pembunuhan ini. Sementara itu, si gadis pelayan pergi ke istana sang Pangeran untuk menyelamatkan majikannya. Sang Pangeran mengirim pasukannya untuk membunuh si nyonya untuk menghilangkan bukti namun Zhan Zhao dalam waktu singkat datang menyelamatkan keduanya. Zhan Zhao membawa mereka ke Kaifeng dan akhirnya sang ibu (si nyonya) bisa bertemu dengan anaknya.
Bao ingin Sang Pangeran datang ke pengadilan, tapi bingung bagaimana caranya. Kemudian Bao berpura-pura sakit dan mengumumkan pengunduran dirinya dengan rekomendasi pada Pangeran ke-8 agar si Pangeran (penjahatnya) menjadi penggantinya mengurus Pengadilan Kaifeng.
Pangeran ke-8 mencium sesuatu yang mencurigakan. Gongsun Ce dkk memohon pada Bao untuk mempertimbangkan kembali rencananya, karena tidaklah pantas menipu Pangeran ke-8. Bao memutuskan menemui Pangeran ke-8 dan mengatakan semuanya. Pangeran ke-8 membantu Bao setelah mengetahui bahwa Bao telah memiliki semua bukti dan saksi.
0 komentar:
Posting Komentar