Sabtu, 19 Mei 2012

Kasus 12 – Zither Kuno ,,, Kasus 15 – Paviliun Balas Budi (Bao En Ding)



Kasus 12 – Zither Kuno

Cerita:
Bao sedang melewati sebuah rumah tanpa penghuni dan melihat tanda-tanda perkara fitnah di sana. Kemudian Bao memerintahkan agar semua eksekusi ditunda untuk beberapa saat ke depan. Di tempat eksekusi, Zhan Zhao menyelamatkan seorang wanita muda dari golok sang algojo. Ibu mertua wanita itu mengatakan pada Zhan Zhao bahwa menantunya difitnah.

Ternyata, wanita itu dituduh berselingkuh dengan seorang pelayan dan membunuh pelayan tersebut setelah mengaborsi bayi mereka. Bao melakukan pemeriksaan dan menemukan bahwa wanita itu tidak bersalah. Seorang tabib muda menyukainya dan menginginkan wanita itu menjadi istrinya padahal si wanita sudah memiliki suami dan saat ini tinggal bersama ibu mertuanya (sang suami pergi ke tempat yang jauh). Tentu saja sang tabib ditolak, sehingga dia mengubur janin yang sudah mati di halaman rumah sang wanita untuk mengancamnya. Si pelayan memergokinya, maka dia (si pelayan) dibunuh.

Bao menghukum pelaku sebenarnya dan menghukum juga pejabat yang menangani kasus ini. Si pejabat sebenarnya adalah orang yang jujur, namun memutuskan kasus sesuai keinginan si tabib karena si pejabat menginginkan zither kuno milik sang wanita (si pejabat menyukai musik dan mengoleksi zither-zither kuno).

Kasus selesai dan Bao kembali ke Kaifeng. Sang wanita dan ibu mertuanya memutuskan pergi ke Kaifeng untuk mencari sang suami yang pergi menjalani ujian negara 2 tahun lalu tapi tidak kunjung kembali. Dalam menempuh perjalanan yang berat, mereka banyak menderita dan sang menantu dengan sabar dan tulus merawat ibu mertuanya yang sakit.

Di Kaifeng, sang sarjana pertama ujian negara sedang memikirkan kehidupan lamanya. Ternyata, dialah suami yang hilang itu. Ketika itu, dalam perjalanan mengikuti ujian dia ditangkap oleh gerombolan bandit dan harus tinggal bersama mereka selama 2 tahun (karena laki-laki itu bisa baca-tulis, nyawanya diampuni oleh pimpinan bandit dan dia dijadikan juru tulis bagi gerombolan itu karena mereka semua buta huruf). Akhirnya, pasukan dari seorang jenderal menangkap gerombolan itu dan menyelamatkannya. Dia mengikuti sang jenderal ke ibukota, menempuh ujian, dan berhasil mendapatkan tempat pertama. Sang Kaisar kemudian menjodohkannya dengan putri sang jenderal tanpa menanyakan dulu masa lalu pria itu. Si pria tidak bisa menolak, jadi dia menikahi putri sang jenderal meskipun dia masih sangat mencintai dan merindukan istri pertamanya itu. Selanjutnya, si pria mengatakan semuanya pada istri keduanya (putri jenderal), dan wanita ini mengatakan pada ayahnya (si jenderal) bahwa dia bersama suaminya ingin kembali ke kampung halaman sang suami.

Sang jenderal yang begitu menyayangi putrinya tidak ingin putrinya itu tinggal di kampung sebagai istri kedua / selir, jadi dia mengirim sekretaris kepercayaannya ke kampung halaman si pria dengan tujuan untuk memindahkan seluruh keluarga si pria ke tempat lain. Di permukaan, sang jenderal mengatakan pada putri dan menantunya bahwa dia akan mengirim seseorang untuk memboyong seluruh keluarga sang menantu untuk tinggal di Kaifeng.

Kemudian sang jenderal mengetahui bahwa si istri pertama dan ibu mertuanya sekarang ada di sebuah penginapan di Kaifeng. Si jenderal menyuap pemilik penginapan agar mengarang cerita untuk membuat kedua wanita itu percaya bahwa sang suami sudah mati. Si ibu mertua sakit dan karenanya sang istri harus menjual zithernya yang berharga ke sekretaris sang jenderal, yang kemudian memberikan benda itu ke si sarjana dan mengatakan kebohongan bahwa seluruh keluarganya di kampung mati karena wabah. Si sarjana setengah percaya dan memutuskan kembali ke kampung halamannya untuk mengunjungi makam keluarganya itu. Putri sang jenderal ingin pergi bersama suaminya (dia wanita yang baik). Sebagai upaya terakhir, sang jenderal membakar penginapan untuk membunuh kedua wanita itu namun Bao berhasil menyelamatkan mereka tepat waktu. Bao membawa si sarjana menemui istri pertamanya untuk menguji apakah pria itu yang merencanakan pembakaran. Akhirnya pasangan suami istri itu bertemu kembali.

Karena melihat bahwa ternyata sang sarjana adalah orang yang jujur dan tidak bersalah, Bao mengalihkan perhatiannya pada sang jenderal. Setelah melakukan penyelidikan lebih lanjut, Bao mengundang sang jenderal ke pengadilan. Secara mengejutkan, si menantu (pria) dan putri sang jenderal berusaha mengalihkan kesalahan tersebut pada diri mereka. Sang istri pertama juga memohonkan ampun pada Bao (sang istri pertama sangat baik dan rendah hati. Dia bahkan pernah berusaha bunuh diri agar suaminya bisa bersama dengan istri keduanya).

Sang jenderal terkesan dengan kebaikan hati wanita itu dan akhirnya mengakui kejahatannya. Dia meminta sang istri pertama menjadi putri angkatnya. Bao memvonisnya dengan hukuman mati...

Kasus 15 – Paviliun Balas Budi (Bao En Ding)

Cerita:
Dalam perjalanan kembali ke Kaifeng, Bao berhenti di sebuah pavilion. Paviliun itu dibangun sebagai memorial untuk mengenang seekor anjing yang setia. Bao masuk ke paviliun itu dan memberi hormat pada patung sang anjing, dan mendengar suara gonggongan anjing itu. Sepasang suami istri tua datang ke paviliun itu tapi segera pergi karena ketakutan melihat Bao. Selanjutnya lewatlah sebuah tandu dari rumah bordil dan Bao melihat seorang wanita penghibur yang cantik di dalamnya.

Bao merasa kalau pasangan tua ini perlu bantuan. Bao menemukan pondok mereka dan mendengar pasangan itu sedang membicarakan anak lelaki mereka. Ternyata, putra mereka, Tian Bao, kabur dari rumah dan membuat kedua orang tuanya yang sepuh itu bersedih. Tian Bao sebenarnya adalah bayi yang ditemukan pasangan itu di Paviliun Balas Budi. Pada mulanya, mereka bertiga hidup bahagia namun kemudian Tian Bao sering digoda oleh anak-anak lain karena keluarganya miskin (suami istri tua itu bekerja sebagai pemulung). Karena itu, Tian Bao merasa kesal dengan kondisinya. Suatu hari, dia menanyakan mengenai orang tua kandungnya pada pasangan tua itu. Tian Bao juga bertengkar dengan mereka dan tanpa perasaan meninggalkan kedua orang tua angkatnya itu. 

Bao berjanji pada pasangan tua itu untuk menemukan Tian Bao.

Sementara itu, Tian Bao berada di kota dan merasa kelaparan. Dia berusaha mencuri daging ayam dari sebuah rumah bordil namun tertangkap oleh seorang pria kaya yang pergi ke rumah bordil itu untuk menemui wanita penghibur tercantik di sana. Sang wanita penghibur masuk ke ruangan dan meminta si orang kaya melepas Tian Bao. Secara kebetulan, wanita itu melihat setengah potong batu giok yang tergantung di leher Tian Bao dan mencari alasan untuk keluar dari ruangan. Wanita itu mengejar Tian Bao dan memberinya uang, kemudian meminta Tian Bao menunggunya di penginapan.

Di penginapan, wanita itu mengatakan pada Tian Bao kalau dia ternyata juga memiliki setengah lagi potongan batu giok itu, yang menandakan bahwa mereka sudah dijodohkan sejak kecil. Karena bencana banjir, kedua keluarga terpisah. Setelah orang tuanya meninggal, wanita itu terpaksa menjual dirinya untuk mengubur orangtuanya dan akhirnya harus bekerja di rumah bordil (wanita itu masih perawan). Kemudian dia meminta Tian Bao belajar demi mengikuti ujian Negara sementara dia yang menanggung semua biayanya. Wanita itu bahkan menggunakan semua tabungan yang sebenarnya dimaksudkan untuk menebus dirinya keluar dari rumah bordil demi Tian Bao. Mereka melakukan hubungan suami istri selama satu hari dan Tian Bao berjanji pada wanita itu bahwa dia akan kembali dan membebaskannya.

Kenyataannya, potongan giok yang dikenakan Tian Bao diberikan padanya oleh ayah angkatnya yang kebetulan memungut benda itu entah dari mana. Jadi, Tian Bao menggunakan benda itu hanya untuk mengelabui sang wanita penghibur.

Tian Bao pergi ke ibukota, mengikuti ujian, dan mendapat tempat pertama. Secara kebetulan dia dijadikan pejabat di kotanya sendiri. Dia mengganti namanya dan berbohong mengenai asal usulnya. Ketika melewati Paviliun Balas Budi, dia berjumpa dengan orangtua angkatnya tapi tidak mau mengakui mereka.

Sementara itu, si wanita penghibur dikurung di tempat gelap karena menolak untuk tidur dengan tamunya. Temannya membantu dia kabur dan wanita itu bertemu Zhan Zhao. Ketika medengar bahwa Sang Perwira sedang mencari Tian Bao kekasihnya, wanita itu merasa ketakutan dan lari dari Zhan Zhao. Karena lapar dan lelah, wanita itu pergi ke Paviliun Balas Budi dan bertemu wanita tua (ibu angkatnya Tian Bao). Wanita tua itu membawa sang penghibur menemui suaminya yang sedang sakit. Sang penghibur akhirnya tinggal bersama dengan pasangan tua itu dan mengakui mereka sebagai mertuanya.

Si pria tua sakit keras dan istrinya meminta pada menantu mereka agar menemui Tian Bao dan mengatakan padanya kondisi ayahnya itu. Wanita itu bertemu dengan Tian Bao dan Tian Bao memintanya menunggu di sebuah penginapan. Di sisi lain, Tian Bao mengatakan pada si pria kaya serta rumah bordil tempat sang penghibur dulunya tinggal mengenai keberadaan wanita itu sehingga si wanita itu tertangkap dan dibawa kembali ke rumah bordil. Dia dipaksa menikah dengan si pria kaya yang mengancam Tian Bao dengan asal usulnya.

Sang wanita penghibur ingin bertemu Tian Bao untuk terakhir kalinya untuk menanyakan apakah pria itu benar-benar menghianatinya. Tian Bao membuatnya percaya padanya lagi dengan rayuannya dan menggunakan kesempatan ini untuk membunuh si pria kaya. Demi menyelamatkan Tian Bao, sang wanita penghibur menanggung kesalahan itu karena Tian Bao membohonginya dengan mengatakan padanya bahwa hukumannya tidak berat (Tian Bao menjadi hakim di pengadilan kota itu).

Di pengadilan, Tian Bao sebagai pejabat menjatuhkan hukuman mati pada wanita itu. Sang wanita penghibur terkejut melihat wajah asli orang yang dicintainya itu. Sementara itu, si pria tua kondisinya membaik dan pergi ke kota bersama istrinya untuk menemui menantu mereka. Mereka menemukan menantu mereka dipenjara dan segera menemui sang pejabat untuk memprotesnya. Secara mengejutkan, mereka tidak hanya menemukan Tian Bao yang menunjukkan penyesalannya, namun juga mengundang mereka tinggal di kediamannya dan merawat mereka dengan baik. Niat Tian Bao sebenarnya adalah mengurung pasangan itu sehingga mereka tidak membuka rahasianya pada orang lain.

Bao mengunjungi Paviliun Balas Budi lagi. Bao ingin menemui pasangan tua itu namun tidak menemukan siapapun di rumah mereka. Bao menemui pejabat kota itu dan curiga bahwa kemungkinan pejabat inilah Tian Bao. Malam harinya, Bao bermimpi arwah sang anjing berusaha menghentikannya menghukum Tian Bao.

Diam-diam Tian Bao memindahkan sang wanita penghibur (sekarang jadi tawanan) ke wilayah jurisdiksi gubernur. Dalam perjalanan, para penjaga berhenti di depan tempat kediaman Bao dan kebetulan Bao mendengar suara tangisannya (meskipun jaraknya cukup jauh). Bao meminta tawanan tersebut dibawa ke dalam dan mendengarkan penuturannya. Bao kembali menemui sang pejabat dan bertemu dengan pasangan tua itu yang, saat ini, merasa senang dengan perlakuan Tian Bao yang berbakti.

Karena ingin menemukan bukti, Bao menyuruh seorang pelayan penginapan tempat Tian Bao membunuh sang pria kaya berpura-pura mengancam Tian Bao. Seperti yang diperkirakan sebelumnya, Tian Bao berusaha membunuh sang pelayan. Namun sayang, Tian Bao masih saja tidak mau mengakui kejahatannya. Gongsun Ce mendandani seorang penjaga agar menyamar menjadi arwah si pria kaya dan menyuruhnya pura-pura menghantui Tian Bao di penjara hingga Tian Bao mengakui sendiri bahwa dialah pembunuh sebenarnya.

Tian Bao divonis hukuman mati di muka umum…

Notes: ada adegan ketika Bao membaca sebuah kitab berjudul ‘Sutra Bakti Seorang Anak’ yang berisi mengenai jasa-jasa besar orangtua dan sulitnya seorang anak untuk membalasnya. Bao menghubungkan isi kitab ini dengan kisah Tian Bao…
Bagian yang paling berkesan dari isi sutra ini adalah kalimat:
‘Orang tua, meskipun berumur panjang dan mencapai usia 100 tahun, mereka masih saja mengkhawatirkan anak mereka yang berusia 80 tahun…’
Jadi, berbakti dan hormatilah kedua orangtuamu selagi masih sempat…

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...