Apa jadinya bila detektif tercerdas abad lalu kini hadir memecahkan
misteri di abad ini? Sepertinya itulah pertanyaan di benak Mark Gatiss
dan Steven Moffat sebelum mereka kemudian mendorong ide Sherlock Holmes
jaman modern ke BBC. BBC? Iya, karena Sherlock ini bukan serial Amerika
tetapi serial Inggris. Terbantu juga dengan kesuksesan film Sherlock Holmes
yang dibintangi oleh Robert Downey Jr. dan Jude Law, season pertama
yang hanya memiliki tiga episode (tetapi dengan durasi tayang 90 menit)
pun dirilis. Hasilnya sukses besar dan hypenya menyebar ke mana-mana.
Saya yang memang suka kisah-kisah detektif misteri macam ini pun tidak
ketinggalan turut menonton. Bagaimana hasilnya?
Walaupun hanya tiga episode: A Study in Pink, The Blind Banker, dan
The Great Game, ketiga episode tersebut berkualitas tinggi. Lagipula
dengan durasi tayang sampai 90 menit, saya tidak merasa seperti menonton
sebuah episode serial TV melainkan film layar lebar. Waktu tayang yang
panjang ini juga memberi ruang gerak lebih banyak bagi para penulis
menyusun misteri dan mengungkapkannya. Walhasil saya tidak pernah sampai
merasa ada sebuah kasus yang diselesaikan dengan terlalu terburu-buru.
Duet yang bermain sebagai Sherlock Holmes dan asisten setianya John Watson adalah duet aktor Inggris Benedict Cumberbatch dan Martin Freeman. Sementara Martin Freeman memberikan penampilan yang berkesan sebagai Watson dan membuat chemistry yang apik, bintang utama sesungguhnya dalam Sherlock ya si lakon itu sendiri. Benedict Cumberbatch tampil total sebagai si detektif sinis yang sering memancing tawa dengan komentar seenak perut sekaligus membuat kita terpukau akan kerja otak jeniusnya. Sekilas lalu mengingatkan saya pada campuran karakter Patrick Jane dalam The Mentalist dan Sheldon Cooper dari The Big Bang Theory, tetapi Cumberbatch memiliki keeleganannya sendiri (is it his damn fine British Accent?). Plus saya suka sekali dengan gaya fashion Sherlock di sini (di mana bisa membeli long coat seperti itu ya?).
Kalau kalian adalah penggemar novel Sherlock Holmes, mungkin kalian menyadari bahwa episode-episode di sini sebenarnya merupakan adaptasi lepas dari kisah Sir Arthur Conan Doyle. Ambil contoh A Study in Pink yang merupakan permainan kata dari A Study in Scarlet. Atau The Blind Banker yang kode orang berdansa diubah jadi kode numerologi Cina. Memang setting dan garis besar cerita sudah berubah tapi kedua penciptanya menunjukkan kecintaan mereka pada serial ini dengan mempertahankan sosok anti-sosial Holmes dan segala kenyentrikannya; saya terkejut bahwa mereka mempertahankan fakta bahwa Holmes tidak menguasai pengetahuan tata surya dasar dan ini nantinya menjadi salah satu kelemahan yang dieksploitasi oleh musuhnya.
So my verdict is… penampilan tokoh Sherlock yang brilian dan spot-on, kasus-kasus yang pelik tapi terjabarkan dengan sederhana, dan walaupun berpindah maju satu abad, saya justru merasa kalau mini-seri Sherlock ini salah satu adaptasi paling faithful pada spirit novelnya.
sumber : http://tukangreview.com
0 komentar:
Posting Komentar